WisataWisata Domestik

Makam Terapung Demak Syekh Mudzakir

170
×

Makam Terapung Demak Syekh Mudzakir

Sebarkan artikel ini
Makam Terapung Demak Syekh Mudzakir
Makam Terapung Demak Syekh Mudzakir

Di Pantai Sayung, Demak, terdapat suatu keajaiban alam yang menarik perhatian, yakni makam terapung Syekh Mudzakir. Terletak menjorok ke tengah laut dari garis pantai, makam ini terhubung dengan sebuah jembatan untuk memfasilitasi wisatawan yang ingin berziarah ke tempat tersebut.

Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi seorang ulama besar asal Demak, yaitu Syekh Abdullah Mudzakir, yang akrab pada umumnya masyarakat mengenal dengan Mbah Mudzakir.

Sebelum menjadi ulama, Mbah Mudzakir belajar dari berbagai ulama, termasuk Syekh Soleh Darat. Tahun 1900-an, dia menetap di Tambaksari, Bedono, Demak, dan menikah dengan empat orang istri. Masyarakat mengakui sebagai pencetak kader kiai muda di Demak dan sekitarnya.

Kami melansir dari Demakkab.go.id, ulama yang bekerja sebagai petani itu memiliki karomah yang menakjubkan. Dia kebal terhadap berbagai senjata dan dikenal sebagai penyembuh penyakit tanpa meminta imbalan. Mbah Mudzakir meninggal pada tahun 1950 pada usia 81 tahun.

Baca Juga :

Menikmati Keindahan Pasir Putih dan Sejarah Pulau Kelor Jakarta

Salah satu karomah yang memukau adalah makamnya yang tetap tidak terendam air laut, bahkan ketika sekitarnya telah tenggelam. Hal serupa juga dialami oleh makam istri dan anak-anaknya. Legenda pun berkembang bahwa makam ini tidak akan pernah tenggelam meski pasang air laut tinggi.

Para peziarah harus menempuh perjalanan sepanjang 700 meter melalui jembatan yang membelah air laut untuk mencapai makam Mbah Mudzakir. Kepercayaan masyarakat terhadap keajaiban ini tumbuh karena jasa ulama ini dalam syiar agama dan kontribusinya dalam pembangunan akhlak di wilayah tersebut.

Lokasi Makam Terapung Demak Syekh Mudzakir

Dengan menggali ke dalam sejarah yang kaya dan mendalam, Makam Terapung Demak Syekh Mudzakir tidak hanya menjadi warisan bersejarah bagi masyarakat Demak, tetapi juga menunjukkan keindahan dan keagungan tradisi Islam di Indonesia.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *